dan nikmati setiap prosesnya.

Sunday, February 17, 2013

[ Tenangnya Lembah Kasih, Mandalawangi (Gunung Pangrango Part. 2) ]

7-8 July 2012, Summit Note


"Kabut tipis pun turun pelan-pelan di Lembah Kasih.

Lembah Mandalawangi.

Kau dan aku tegap berdiri,

melihat hutan-hutan menjadi suram,
meresapi belaian angin yang menjadi dingin."(Sebuah Tanya - Soe Hok Gie)



Pendakian ke-2 ...
       Padahal baru sebulan kemarin naik ke Pangrango bersama teman-teman MAPATRA. Eh, diajakain lagi sama temen-temen Produksi Polman Mas Yudi cs. Tanpa pikir panjang, langsung bilang "OK, gua join Mas Yud". Begitulah kira-kira mozaik setahun yang lalu. Satu hal yang membuat ane langsung ikut hanya karena satu tempat di Pangrango. "Lembah Mandalawangi". This is it. Karena pada pendakian sebelumnya ane ga berkesempatan buat turun ke lembah itu karena waktu yang molor. Oleh karenanya, semangat nanjak muncul lagi buat sekali lagi merasakan sakitnya naik ke Pangrango dan duduk manis minum secagkir kopi di Lembah Kasih, Mandalawangi.

"Mandalawangi"
       Sebuah alun-alun kecil yang terletak di lembah di dekat puncak Gunung Pangrango yang merupakan tempat favorit para pendaki. Mandalawangi merupakan sumber air bagi pendaki di Puncak Pangrango dan memiliki padang edelweis yang cukup luas. Terkadang dijadikan tempat camp dengan konsekuensi angin yang berputar-putar di waktu malam disertai kabut dan hawa dingin. Namun menyimpan keindahan dan kepuasan tersendiri bagi ane, juga para penikmat gunung. Dari sini kedua Puncak Gunung Salak dapat terlihat jelas jika langit cerah. Soe Hok Gie mengabadikannya dalam puisi berjudul 'Mandalawangi-Pangrango' dan 'Sebuah Tanya". 

Lembah Mandalawangi, Pangrango - 8 July 2012

       Untuk mencapai padang edelweiss ini, pendaki harus melalui kawasan Kandang Badak dahulu, untuk kemudian berbelok ke arah puncak Pangrango. Setiba di puncak, kembali berbelok menuruni sebuah jalur yang rimbun oleh pepohonan. Sekitar 20 menit kemudian, sampailah pendaki di Mandalawangi.

"DUET"
       Pendakian ini merupakan pendakian bersama, gabungan temen-temen Produksi Polma Astra dan Mapala Polman Astra (MAPATRA). Mas Yudi jadi dari Produksi jadi biangnya. Sampai terkumpullah 22 orang. Kumpul seperti biasa di Polman hari Jum'at sore dan berangkat pukul 21.00 naik tronton. Langsung capsus ke Cibodas sampai hampir pukul 01.00 hari Sabtu. Dengan sedikit perdebatan dengan warga sekitar gapura Cibodas yang ngotot tronton ga boleh masuk.
       Sabtu pagi, 7 Juli. Perut diisi. Perjalanan pun dimulai. Inilah duet kami ...
 yang habis sarapan pada unjuk gigi......cliiing

Catatan Waktu
       Waktu ini diukur jadi jam ane. Toleransi kurang lebih 30-40 jam dengan barisan penyapu. 
 ~ Cibodas - Pintu Masuk                  : 06.30 - 06.45 (urus simaksi 10 menit)
 ~ Pintu Masuk - Pos Panyangcangan   : 06. 55 - 09.30 (rest 15 menit)
 ~ Panyangcangan - Kandang Badak    : 09.45 - 11.30 

Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan banyak bule. Ane sama Cokli ngobrol-ngobrol sama 2 bule dari Malaysia dan Norwegia. Lumayan cewek. Kasihan mereka ditinggalin timnya. Menurut mereka Gunung Pangrango itu masih indah dan alami. Ini pendakian mereka yang ke-2 di Gunung ini. Belum Gunung lain di Indonesi (VOTE for INDONESIA :D). Selain bule ada pendaki marathon. Dua cewe dua cowo dengan pakaian serba mini warna putih(mirip pakaian biker/pe-sepeda). Woooow. Mereka hanya berbekan air minum saja. Kayaknya dari Kandang Badak bakal belok kiri ke Gunung Gede kemudian langsung turun via gunung Putri. 

       Cerita sepanjang jalur Pintu Masuk-Kandang Badak :


Tim lari-lari



Tim Selow-Selow
Gede baaang batangnya Omm..
Ciyeeeee.... :D
Ada yang sok seksi (Bang Ucok & Bang Indri)
Ada yang sok narsis ...
 Ada yang jadi tukang urut dadakan...

 Mengadu nasib pula....*^$%^$%*&hg%#@!

Badak gunung atau apa ni?
Seksi oseng-oseng...
Jangan lupa sholat....:D Cinta Alam-Cinta Allah :)

Menuju Puncak ...
       Setelah beerlama-lama di Kandang Badak, pukul 13.45 mulai jalan nanjak ke puncak dengan 5 orang bercarrier lumayan dan berisi tenda jadi pembuka. Dapat tugas sampai di puncak secepat mungkin dan langsung nge-tag tempat nge-camp di Puncak. Soalnya hari itu banyak rombonga bule yang naik ke Pangrango, 20 orang lebih. 

Waktu perjalanan : 
 ~ Kandang Badak - Puncak Pangrango   : 13.45 - 16.20 (Tim selow2 nyampe 1 jam kemudian)

       Sampai di puncak tak ada acara foto-foto. Kecapaian. Duduk diam melihat Gunung Gede denga kawahnya. Cerah banget. Puter lagu nya Steven & Coconut Treez, Sunset.
  "Sunset yang tenang
  takkan sejingga...tanpa kau di sini"



Di Lembah Kasih, Mandalawangi

       Pukul 05.00 waktu Pangrango, kita turun ke bawah. Menelusuri jalur setapak berimbun. Dengan mata senter yang memanjang menembus pagi. 20 menit berselang. Sampailah kita di Lembah Mandalawagi. Subhanallah
       Beberapa anak membawa botol dan jirigen untuk mengambil air. Kemudain berjalan-jalan di sepanjang Mandalawangi. Dari ujung timur ke barat. Sampai di barat. Cukup kita menikmati kabut pagi kala itu. Menciumi wangi tipis bunga edelweis. Memandang barisan gunung Salak. Menunggu matahari pagi muncul dengan hangatnya. 

Cantik dan Manisnya....Edelweis di Mandalawangi.....
Wangi pula

Gunung Salak di Barat

Matahari dari Timur...

Kusambut kalian dengan penuh suka cita....
Keluar jin-nya..hohohoh
Indahnya.....Mandalawangi



Sebuah Tanya (Puisi karya Soe Hok Gie)



   Akhirnya semua akan tiba

   Pada suatu hari yang biasa
   Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
   Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
   Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
   Sambil membenarkan letak leher kemejaku
   Kabut tipis pun turun pelan-pelan
   Di lembah kasih, lembah Mandalawangi
   Kau dan aku tegak berdiri
   Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
   Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
   Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
   Ketika kudekap kau
   Dekaplah lebih mesra, lebih dekat
   Lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
   Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
   Kau dan aku berbicara
   Tanpa kata, tanpa suara
   Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita
   Apakah kau masih akan berkata
   Kudengar derap jantungmu
   Kita begitu berbeda dalam semua
   Kecuali dalam cinta
   Hari pun menjadi malam
   Kulihat semuanya menjadi suram
   Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
   Dalam bahasa yang kita tidak mengerti
   Seperti kabut pagi itu
   Manisku, aku akan jalan terus
   Membawa kenang-kenangan dan harapan-harapan
   Bersama hidup yang begitu biru   (Soe Hok Gie - 1 April 1969)






Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top