dan nikmati setiap prosesnya.

Tuesday, June 23, 2015

[ Yang Tersisa... ]

Banyak orang yang begitu berbahagia saat dipertemukan lagi dengan tanggal lahirnya setiap tahun. Dan sepanjang tahun hidupnya. Seolah menjadi satu hari penting untuk dirayakan, dengan senang-senang. Sebegitu pentingnya hingga kalender yang dipanjang di meja kamar harus dilingkari dengan spidol merah besar terkhusus tanggal itu.Sampai-sampai ada satu hari khusus dalam kalender itu,-konon katanya- teruntuk perayaan kelahiran Tuhannya. Loh, tuhan kok dilahirin? Ah. Sudah sudah. Bukan kapasitas saya.

Maulid Nabi pun menjadi tradisi tersendiri untuk kaum Muslim seluruh dunia, sebagai hari kelahiran Sang Rasul. Dirayakan setiap tahun dengan berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Walaupun ada beberapa perbedaan pendapat tentang perayaan ini. Ah lagi-lagi, sudahlah sudah. Apalagi yang ini, jauh juga dari kapasitas seorang saya.

Saya siapa?
Hanya anak biasa dari keluarga serba biasa. Terbiasa hidup susah dengan beberapa jengkal sawah. Tak pernah kenal yang namanya ulang tahun. Lawong dari kecil, makan aja udah susah. Kata bapak, "Buat apa?"

Maka ulang tahun bagiku adalah hal hari yang biasa. Terlewat begitu saja. Tak pernah meminta hadiah. Tak pernah ada perayaan khusus, seperti yang dicontohkan Rasulullah.


http://www.express.co.uk/life-style/top10facts/557354/Top-10-facts-about-number-42


Yang ada dan perlu diinsyafi hanya satu hal. Bertambah tua dan makin dekat dengan kematian.
Yang perlu dikoreksi adalah dengan umurmu yang sekarang, apa yang sudah kamu persembahkan untuk agama, keluarga dan negara.
Yang perlu digarisbawahi tebal-tebal adalah sesungguhnya jatah hidup di dunia ini sangat singkat. Lebih kurang satu setengah jam saja dalam hitungan alam akhirat (22:47). Betapa singkatnya?

Yang tersisa...
Hanya aku yang berdiri kaku menatap petang.
Di bawah bingkai Aljihad yang perlahan kau tinggalkan.


Aljihad - Karang Pawitan
Ramadan, petang keempat



Juni 21, 2015
*) Terima kasih untuk semua do'a yang kalian kirimkan. Terima kasih untuk kerepotan yang kalian berikan tanpa kupinta. Semoga Allah membalasnya dengan balasan terbaik, sebaik do'a dan kerepotan yang kalian persembahkan.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 comments

  1. Petang itu saya mengulang pertanyaan sama yg sebelumnya seorang kawan lontarkan ke saya,
    "Kakak udah ngucapin selamat milad?"
    "Belum dan gak usah."
    "Walah, sama."
    "Iya teh, saya rasa dia juga gak ngarep diucapin selamat. Yang penting doa-nya, iya nggak?"
    "Sipp sipp"
    Kali itu saya merasa ada yang 'ngebela'. Saya pikir cuman saya yang punya pikiran norak dan angkuh, karena enggan mengucap kalimat sederhana untuk salah satu sahabat terbaik kami.
    Ah, biarlah doa kami yang tengah berpuasa ini yang menjadi hadiah buatnya..
    Semoga... (segala doa kebaikan untuknya)

    dan maaf..

    ReplyDelete

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top