dan nikmati setiap prosesnya.

Sunday, September 29, 2013

[ Jum'at di bulan September_Part. 2 ]

Jum'at, 20 September 013

Minggu itu kejenuhan makin meningkat. Sudah hampir sebulan selesai sidang Tugas Akhir. Surat Keterangan Lulus pun sudah di tangan sejak minggu sebelumnya. Rasanya pergi ke kampus pun menjadi enggan.  98% sudah selesai semua urusan akhir perkuliahan. Pun satupun pekerjaan belum pasti di dapatkan. Hari-hari itu kebosanan menjadi-jadi. Teman satu kosanku pulang kampung di hari Selasa, ke Malang. Dia kembali ke Jakarta saat wisuda nanti. Ah, konfirmasi Perusahaan B yang juga belum pasti.

Beruntungnya ada panggilan interview HR di perusahaan C. Setelah dengan perusahaan A aku mengundurkan diri untuk perusahaan B yang tak terduga memberi harapan tak pasti. Sekalian untuk mengisi waktu yang sangat luang. Juga sebagai 'back-up' jika ada kabar dari perusahaan B yang jauh dari dugaan. Siang itu, aku dan seorang temanku menunggu di jejeran kursi lobby perusahaan C. Entah sudah yang keberapa aku masuk ke ruangan itu. Mencoba kembali peruntungan nasib.

Hari yang ditunggu pun tiba. Jum'at, hari dimana handphone berdering nyaring dengan contact yang tak asing. Sudah ku-save nomor HRD perusahaan B. Kegiranganku yang meluap dalam sekejap. Semangat yang memuncak tergambar dari langkah lari meniti tangga kos-kosan menuju area jemuran paling atas. Mencari sinyal terbaik untuk suara ibu HRD yang lentik. Namun asa yang membubung tinggi seufuk itu kemudian jatuh bebas bak sebutir telur yang terlepas dari genggaman ibu-ibu saat memanaskan minyak di penggorengan. Terjun dari jemari kirinya menuju lantai ubin yang menghitam. Praaaakk..!!! Mengagetkan keseriusannya mengaduk minyak panas di jemari kanannya. Membuat ibu-ibu yang sesekali mendendang itu tersentak menghindar ke kanan hampir saja menyambar penggorengan dengan minyaknya untuk tumpah memenuhi seluruh ruang dapur kecil di sudut rumahnya. Astaghfirullah, ungkapnya.

"Oh, kamu di kasih resep obat ya? Itu dihabisin obatnya dulu ya? Kalo udah nanti periksa lagi. Nah..nanti kalo sudah sembuh baru mulai masuk. Jadi belum bisa masuk tanggal 1, kemungkinan 15 nya ya, Fredy"
Obatnya kan belum saya beli bu. Haduuuh. Pie iki ??? Pikirku keras. Tapi sekeras apapun aku berfikir, sekeras apapun aku menolak, tetap meleleh-leleh juga. Memang sih, masalahnya di uang. Jawaban paling jujur yang bisa terujar. Sore itu, baru lah dimulai aktivitas yang sebetulnya baik. Makan teratur untuk minum obat yang teratur pula. Harus belajar lebih bersabar lagi.



Jum'at, 27 September 013

Progres yang menurut pengalamanku lebih cepat dibandingkan yang lain, walaupun tahapan-tahapan yang harus dilalui memang lebih cepat. Itulah perusahaan C. Semoga tidak seperti perusahaan D yang sepayung dengan perusahaan C. Progresnya sangat lama dengan tingkat PHP tinggi. Seminggu setelah interview HR aku mendapat undangan interview HR Manager di perusahaan C. Mendadak memang, vie telfon sehari sebelumnya. Tidak seperti teman senasib ku itu yang di email terlebih dahulu. Hari Rabu di tempat yang sama kami berdua meneruskan peruntungan nasib kami.

Malama harinya aku bernostalgia. Dalam dekapan malam ibukota yang remang. Di jalanan yang menjadi seram. Mengendarai motor pelan pun membuat bulu kuduk merinding. Bukan karena setan atau tempatnya yang angker, tapi karena mendengar info dari kosan sebelahku masalah preman yang suka merampok tengah malam. Apalagi malam itu aku melintasi daerah Kemayoran yang terkenal dengan geng motor nya.

Yah, malam itu pukul 02.30 dini hari aku bertugas menjemput teman seperjuanganku dari Magetan. Dia pulang kampung seminggu sebelumnya untuk mengurusi beberapa berkas. Aku pula yang mengantar seminggu sebelumnya. Tanjung Priuk-Pasar Senen. Perjalanan yang ketiga ini pun membuatku melamun panjang dan menggumam pelan. Hmmmmmm. Hanya itu. Lamunan tak jelas. Lompat-lompat tak menentu arah. Sejujurnya ada rasa rindu kampung halaman. Kerinduan.

Akhirnya hari Jum'at terakhir itu pun tiba. 27 September. Obat yang kukonsumsi sudah habis. Dan hari itu aku pun mendapat jadwal sidang di Pengadilan Tinggi Jakarta Utara, untuk mengambil SIM ku yang ditahan. Pagi-pagi aku pun sudah berbaju batik rapi menegndarai motorku melewati Jl. Danau Sunter Utara. Kemudian berbelok ke kanan di Jl. R. E. Martadinata. Setelah menemui tikungan kekanan, terlihat di pinggir jalan sudah mulai diisi motor yang parkir. Tepat di depan pengadilan. Di jalan sang sama tetapi pada jalur yang sebaliknya motor yang parkir sudah memenuhi sepanjang gedung Pengadilan Negeri dengan 2 bershaf. Bagi yang tidak punya nyali batu saya sarankan untuk mengajak teman, karena begitu standart motor dibentangkan para calo-calo sudah merkoar-koar dengan jasanya. Untungnya aku sedikit punya nyali untuk berkata tidak. Yah, enggak Pak.

Setelah senam pagi usai dan gerbang dibuka. Langsung saja para pelanggar lalu lintas-tersmasuk saya-memadati dinding berisi daftar sidang hari Jum'at itu. Panjang banget daftarnya. Ada kali 50 halaman. Itulah profil kecil gambaran pengguna jalan di Jakarta. Hitung saja satu halaman ada sepertinya 25 nama, tinggal mengalikan saja. Rata-rata 1000 pelanggar dalam satu hari di area Jakarta Utara. Itu angka perkiraan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Astaghfirullah. Parah dan payah -termasuk saya yang menjadi satu dari sekian itu-. Gambaran sidang ga jauh beda dengan yang di tv. Saya hanya merasa perlu merubah diri dari hal terkecil, meskipun itu hanya tidak melewati jalur busway. Atau lebih sabar menunggu lampu hijau menyala untuk memutar gas di tangan saya.

Oh, iya tadi kan obat yang aku konsumsi sudah habis. Jadilah Jum'at sore itu aku berjalan menyusuri kota Jakarta dari ujung ke ujung lagi. Kali ini aku tak mau kesorean, agar tak terlalu mendapat kemacetan parah. Alhasil pukul 16.00 ane sudah istirahat sejenak di mushola kecil di samping Komplek Griya Husada RS. Fatmawati. Antrian waktu itu belum ada, aku yang pertama. Tanpa menunggu lama, aku pun masuk.

"Sudah ada perbaikan. Tapi ya belum sembuh total. Masih harus minum obat lagi. Saya kasih obatnya beda dari sebelumnya. Diminum teratur". Begitu kurang lebih penuturannya. Yaah, begitulah. Mau pegimane lagi.

Pengorbanan itu tak selamanya mudah. Butuh perjuangan keras. Perlu kesabaran ekstra. Juga belajar berkorban berarti belajar mensyukuri pilihan-pilahan yang kita buat.

Aku belajar bersyukur lebih keras atas perjalanan panjang dari Jum'at ke Jum'at yang lain ini. Alhamdulillah. Ujian ini menunjukkan Tuhan masih sayang dan melihat aku di sini. Bukan apa-apa. Aku merasa sedang ditempa sedikit demi sedikit oleh-Nya.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top