dan nikmati setiap prosesnya.

Sunday, October 05, 2014

[ Semurni Ketukan Jiwa ]

Alkisah seorang anak laki-laki keluarga miskin itu, yang dalam beberapa bulan perantauanya, bertanya pada ibunya lewat telepon suatu hari. ‘’Buk, di rumah ada yang pelihara kambing ga?’’ Ibunya pun penasaran menjawab, ‘’Ya ga tau lah Nak, emang mau buat apaan toh?’’ Dengan kikuk si anak berkata, ‘’Kan sekarang mas sudah bekerja, mas kok pengen ya ikutan qurban kambing? Ini ada sidikit tabungan”. ‘’Ya ampun Nak, kamu kerja kan baru sebentar. Mbok ya ditabung lagi uangnya. Nanti kalu sudah banyak baru berqurban. Tahun depan juga ga pa pa, kan?’’

‘’Iya sih...’’ si anak pun menggaruk-garuk kepalanya, ‘’Tapi mas juga ga tahu Buk, tahun depan masih ada di sini atau sudah dipanggil Tuhan.’’ Dengan kaget si ibu menjawab,’’Ssssttt.....ati ati Nak, belum apa-apa udah bicara soal mati’’. Anaknya pun mulai tersenyum, ‘’Hehehe....bukankah memang tidak ada jaminan Buk, apakah besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan kita masih dikasih hidup sama Tuhan?’’ Akhirnya ibunya terperangah dan mengalah. ‘’Ya sudah lah, kalo memang begitu maumu. Nanti ibu coba tanyakan ke tetangga-tetangga’’

‘’Lohh...Ibuk ga sekalian?’’ tanyanya penasaran. ‘’Sebenarnya ibuk sih pengen juga, Nak. Tapi kebutuhan di rumah juga banyak, makan aja susah. Nanti saja deh kalo ibuk. Tahun ini duitnya mau dipake buat benerin genteng rumah dulu.’’ jawab ibunya.

Akhirnya ibu dan bapak anak itu mencarikan seekor kambing untuk anaknya. Yang sudah cukup umur dan besar badannya. Tak mendapatkan di kampung tempat mereka tinggal, ia menanyakan pada kerabat dan kawannya di kampung yang lain.Begitulah hari demi hari. Singkat cerita, akhirnya didapatkanlah seekor kambing untuk hajat anaknya.

‘’Nak, kapan mau ditransfer uangnya?’’ tanya si ibu suatu sore, masih lewat telepon. ‘’Akhir bulan ya Buk, setelah mas gajian nanti langsung ditransfer. Ma’af, bulan kemarin masih banyak keperluan.’’ jawab si anak riang. ‘’Ehmmm....anu....gini Nak,’’ tetiba si ibu memelankan suaranya, ‘’kalo ditambahin dikit bisa ga transfernya? Uang tabungan ibuk ga jadi dipake buat benerin genteng rumah. Mau dibeliin kambing sekalian, tapi masih kurang. Ga pa pa kan?’’ Air mata anaknya berlinang. Jiwa nya bergetar. Dengan terbata-bata dijawabnya, ‘’Iya Buk, bisa. Pasti, pasti mas bantu’’.

Percik semangat seorang anak itu menggetarkan seluruh jiwa dalam keluarga kecilnya, yang masih serba kekurangan. Ah, bukankah memang seberapa banyak pun yang dititipkan Tuhan ke kita, selalu saja ada yang rasanya kurang? 




Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top