dan nikmati setiap prosesnya.

Wednesday, May 14, 2014

[ My First Journey: Masa Muda, Aku Datang...!!!" ]

Agustus di tahun 2010...
 
 
Angin selatan masih berhembus perlahan. Membuyarkan riak-riak awan mendung berarakan. Mengalirkan sejuk udara di sekujur badan yang dilanda dahaga, karena sekarang ini adalah minggu kedua bulan ramadhan.
 
Pukul empat waktu setempat, matahari sudah bersembunyi malu di balik punggung gunung Lawu. Menyisakan temaram kemuning di sisa langit menjelang senja. Tepat di bawahnya aku duduk tepekur memandang sepanjang jalan di depan rumahku, sendiri. Tak seperti hari-hari biasanya, di jam itu aku sudah mandi merias diri. Kembali mengecek beberapa pesan masuk di handphone kemudian diam lagi dalam lamunan.
 
Hingga akhirnya suara ibu mengagetkanku tanpa permisi. "Mas, barang-barang yang mau di bawa udah dimasukan ke tas semua kan?". Kujawab pelan, "Sampun bu". "Nanti mas Nardi habis maghrib udah kesini lhoo", sembari ia duduk di kursi sebelahku, "Kasih tau temenmu yang di Maospati itu. Ga enak kalo mas Nardi`nya nungguin". Aku semakin menggumam, "He'eem".
 
Kupandangkan muka kembali ke sudut-sudut jalan kecil di depan rumah. Langgar kecil tepat di seberang rumahku tempat aku belajar mengaji dulu. Bangunan rumah di kanan dan kiri yang selalu dihuni para tetangga nan ramah. Anak kecil yang berlarian bebas menggelikan. Baris-baris tiang listrik sandungan benang layang-layangku dulu. Pohon-pohon mangga yang bunganya bermekaran. Semuanya berjalan kian melambat dalam lensa mataku. Ingin kurekam banyak-banyak, di memori otak.
 
__________________
 
Tahun itu aku baru menamatkan pendidikan SMK ku. Hanya bermodal alasan sederhana memilih pendidikan SMK, lulus dan bekerja. Tak perlu muluk-muluk karena aku dan keluargaku hanyalah orang biasa pada umunya, selalu pas-pasan. Mengolah sawah, mencari rumput, mengurusi ayam dan sapi adalah potret umum pas-pasannya hidup di desa kecil di sudut kabupaten Magetan. Pernah dulu bapak menawariku pilihan, "kita jual saja tanah kita yang di sana, buat Mas masuk jadi tentara". Setidaknya, ber almamater SMK membuatku cukup percaya diri untuk mengatakan, "Ah, tidak usah".
 
Yah, ternyata Tuhan punya kehendak lain. Aku dipilih jadi segelintir orang beruntung dari kota kecil ini. Berkuliah, beasiswa, full, yang dulu tak pernah masuk dalam kamus perbendaharaanku. Bukan sekelas UI, UGM, atau Undip serta beberapa nama perguruan tinggi yang dikenal banyak orang juga banyak tetanggaku. Hanya kampus kecil yang tak tau dari negeri antah berantah yang mana. Aku pun baru sekali mendengarnya. Politeknik Manufaktur Astra. Tapi setidaknya, menuju kesana cukup membuatku percaya diri untuk menjawab, "Yang penting, Jakarta!!!"
 
 __________________
 
 
Redup mentari kian terasa menyesak. Mulai dua jam dari waktu ini aku sudah akan berjalan menuju negeri antah berantah itu. Kucoba tanggalkan kerinduan yang sudah datang menyergap ke arah tas ransel besat pemberian mbak Yanti di ruang tengah. Membuka beberapa tumpukan atas. Berharap tak satu pun terlewat. Sedang di dalam kamar ibu dan adikku menjahitkan kantong celana yang diisi sepuluh lembar uang seratus ribuan, hasil pinjaman. Ah, ibuu...
 
Adzan maghrib pun berkumandang, saatnya menjemput nikmat rizqi atas seharian berpuasa. Sekaligus mengantar keberangkatanku beberapa menit berselang. Kini saatnya aku berpisah, meninggalkan desa-desa, kawan-kawan, kenangan, bapak, ibu, adik, nenek, tetangga tercinta, anak-anak kecil yang manja.
 
Aku tau di balik air mata tipis mereka ada tawa, ribuan doa, juga setangkup harapan.
Senada dengan aku yang tak kuasa berlinang, disergap kerinduan.
"Hati-hati, jaga diri baik-baik. Doa ibu menyertaimu".
 
Hingga mobil yang kutumpangi berderu, membeku. Oleh terpaan angin selatan yang mengharu biru.
 

 
 __________________
 

 
Pada epilog....
 
15 jam sudah kami bertiga menembus ratusan kilometer pulau Jawa. Mentari pagi yang baru pun menyapaku. Sinarnya mencuat-cuat oleh bariasan truk tronton dan bus-bus besar, di jalanan yang sangat lebar. Di kanan dan kirinya bangunan-bangunan besar nampaknya sepi tak bersahabat, mirip tempat yang terusir. Katanya ini kawasan industri. Dalam gumamku, ini ya yang namanya jalan tol? Segini lebarnya kok masih saja macet yaa, kalo di tipi-tipi itu beritakan?
 
 
Ah..... Ini bukan lagi televisi atau dunia mimpi. Bukan cerita dan kisah pendahuluku yang ke Jakarta untuk sekedar mencari pekerjaan. Ini kisahku, ke Jakarta mencari ilmu, rumah baru, sahabat baru, dunia baru, dan pribadi yang membaru.
 
Kusambut hari baru dalam catatan sejarah hidupku. Dengan teriakan lantang, "Masa muda, aku datang...!!!"
 
 
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top