dan nikmati setiap prosesnya.

Wednesday, December 10, 2014

[ It's All Right ]

Tengah November, 2014


-------oOo-------


Hujan malam tadi membuat jalanan kota ini lebih sejuk. Lebih ramah untuk dijelajah oleh dua roda motor tua ini. Jam 6 lewat 30 puluh menit. Aku bergegas.

Seperti hari-hari biasanya, jalanan desa Sirnabaya dan Puseur Jaya yang tak begitu lebar, tapi berjejal motor dan mobil di pagi hari. Sesudahnya satu jalan lagi yang lebih kecil dari jalan sebelumnya, membentang panjang dengan 14 polisi tidur setiap 15 meter. Selalu saja membuat jejalan motor dan mobil itu berjalan pelan. Dan terpelanting naik turun. Tanpa ampun.

Sampailah aku di perbatasan desa. Dengan ladang dan sawah, serta sengat mentari yang terbiaskan udara berembun. Terpantulkan batang-batang padi yang semakin tinggi. Seperti hari-hari biasanya, selama 2 detik aku menatap ke arah mentari pagi di belahan langit timur. Dan memajamkan mata.

Begitulah kira-kira pagi hariku dari Senin hingga Jum'at. Kuperlukan setidaknya 20 menit untuk menjangkau tempatku bekerja. Di sebuah kawasan industri bernama KIIC. Tempat itu bak dunia lain. Terpisahkan dengan kampung-kampung sederhana di pinggiran Kabupaen Karawang. Terpisahkan oleh sepanjang sungai Kalimalang, selebar Tol Cikampek-Jakarta, seluas lapangan golf Sedana dan selingkar tembok bangunan. Yah, terpisahkan.

Di menit ke 7 perjalananku aku sedang menyeberang sungai Kalimalang. Jika aku terlambat, aku memilih menyeberang dengan perahu gethek yang akan mendaratkanku tepat di jalan pintas yang menembus tembok melingkar dan menemui padang golf Sedana. Tapi, aku lebih sering menyusuri jembatan kecil dan jalanan berbatu di seberang sungai. Jauh lebih tak bersahabat dengan jalanan 14 polisi tidur sebelumnya.

Seperti hari-hari biasanya, pagi ini aku memilih jalan berbatu di seberang sungai. Bukan jalan beraspal. Hanya tatanan batu-batu ukuran sedang. Kalau di kampungku namanya jalan 'makadham'. Menurutku ini hanyalah jalan yang hanya diperuntukkan untuk menjangkan beberapa rumah yang berdiri di bantaran sungai Kalimalang. Tapi agakanya sudah tak berlaku lagi. Di ujung jalan, titik pertemuan dari arah arahku di timur, kemudian jalan makadham lain dari arah barat, juga dari arah perahu gethek sebelah utara, berjejal kembali motor-motor yang pagi itu akan mengantar aku dan orang-orang ini ke tempat kerja. Ini adalah jalan terbaik dan tercepatku menjangkau KIIC. Setelah berbelok ke kiri pada jalan setapak sejauh 15 meter, ada lubang besar di tembok yang melingkari area padang golf Sedana. Cukup untuk ukuran satu motor. Sesudahnya jalan menanjak dan bertemulah kembali roda-roda motor ini pada jalan beraspal.

Entah kenapa, hujan awal di tiap musim membuat jalan tikus yang langsung menembus padang golf Sedana itu macet parah. Seperti pagi hari ini. Empat banjar motor mengantri padat untuk jalan setapak selebar satu meter sepanjang 15 meter dan selubang tembok. Ah, lebih tepatnya berebutan. Asalkan ujung roda lolos, maka langsung saja pemilik motornya memuntir handel gas, mendakak. Meringsek masuk sedikit demi sedikit. Tak ada bedanya dengan aku. Setelah melipir di sisi kanan yang jalannya cenderung berlumpur dan licin, aku menjadi bagian rebut-rebutan untuk jalan selebar satu meter sepanjang 15 meter dan selubang tembok. Di sebelah kiriku ada motor yang berukuran lebih besar, Fixion model terbaru. Beradu roda dengan motorku yang kecil, Supra-X tahun 2002. Motor tua kiriman bapak. Suatu timing yang tepat dan kami menyentak motor secara bersamaan. Dan..kleckkkkkkk!!! Spion kiri motorku mental entah kemana. Bertumbukan dengan stang motorya yang gagah.

Ah, sial. Hari masih pagi woey. Gumamku

Akhirnya kupersilahkan ia maju duluan. Seketika pikiranku melayang pada beberapa bulan sebelum pagi ini. Di tempat yang sama, di jalan yang sama, pada kondisi yang sama persis. Stang motorku beradu kuat dengan motor Mio di samping kananku. Agaknya hari itu aku sedang keras kepala. Tak kuijinkan ia mendahuluiku. Tak cuma stang motor, kedua mata kami beradu kuat. Haha. Kulewati ia. Namun setelah mencapai jalan beraspal di padang golf Sedana, ia mendahuluiku. Dengan cepat menggenggam tanganku dan melemparkan kata-kata tak sedap bernada tinggi khas Sunda-Karawang.

Ah, sial. Hari masih pagi. Mending tak kuladeni.

Kembali ke pagi ini. Kupandangi dari belakang motor besar berboncengan yang telah mempelantingkan satu spionku. Agaknya aku harus membuat perhitungan dengan pemiliknya, Seperti yang dilakukan pemuda Sunda-Karawang padaku. Ia berplat AB. Mungkin dari Jogja.

Ah, sial. Kenapa harus Jogja?

Sesaat yang terlintas di benakku jika ada kata Jogja adalah mas-mas tukang becak di Jalan Kusumanegara, Jogjakarta. Setelah aku bersepeda motor panjang dari arah Wonosari, dan  ingin menuju Masjid Gedhe Kauman. Selepas Maghrib, jalanan kota Jogjakarta padat dan sangat banyak pilihan. Temanku yang berasal dari Salatiga lupa jalan terbaik menuju ke Masjid. Akhirnya kami berhenti di salah satu seberang jalan. Menghampiri seorang muda yang duduk di atas becak hitamnya. Beberapa detik ia memandangi kami. Kemudian dikeluarkanlah secarik kertas dai balik kursi becaknya. Menggambarkan jalan terbaik untuk kami ke Masjid Kauman. Rasa-rasanya baru kali ini diperlakukan begitu ramah oleh orang yang kutanyai arah jalan. Biasanya orang-orang lain hanya akan menunjuk-nunjukkan telunjuknya ke arah yang tak jelas. That's Jogjakarta.
Masjid Gedhe Kauman, Jogjakarta


Ah sial. Tak ada yang seramah tukang becak itu.

Rasa ingin membuat perhitungan pada pengendara moor berplat AB sepertinya mulai tergoyahkan. Aku melamun. Hingga beberapa klakson di belakangku menyadarkanku. Entahlah. Aku mulai berjalan lagi menaiki tanjakan kecil selepas lubang tembok. Dan tepat di atas sana, motor berplat AB itu berhenti. Kedua penunggangnya menoleh ke belakang. Kedua pasang matanya mencari sesuatu diantara barisan motor yang menyembul dari bawah.

Ah, sudahlah....

Kuhirup lebih dalam tarikan nafas. Kuangkat telapak kiriku pada mereka berdua. Kulemparkan senyum sebaik yang kubisa. Terakhir, kuacungkan jempol kiriku pada dua pasang mata yang akhirnya tertuju padaku.

It's all right...Broo!!!







Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

3 comments

  1. Berangkat kerja'y jangan kesiangan biar cukup waktu tuk lewat jalan yang lebih besar tanpa harus kehilangan sebelah sepion motor

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top