dan nikmati setiap prosesnya.

Saturday, January 04, 2014

[ Day 11 : Dari mereka, aku belajar soal makan ]

.......................

Masih ingat dalam kenangan, aku merengek kecil pada ibuku pagi-pagi setelah membenahkan dasi merah di kalungan kerah seragam SDku. Sesaat sebelum dia menuju pasar dekat rumah. "Nanti belikan kue klepon ya, Buu." Begitu pintaku. Dan setidaknya sampai sekarang hal tersebut yang selalu kupinta setiap kali berpulang dan diajak menemaninya berbelanja di Pasar Sayur Magetan.

Makanan favorit di pagi hari. Jajanan pasar. Dari kue klepon hingga ondhe-ondhe. Mulai kue bakpau hingga wajik hijau. Ketika makin beranjak dewasa dan mulai menyukai dunia malam, maksud saya nongkrong bersama teman-teman semalam suntuk. Pasti kita membuka hari di jam 3 pagi dengan menyetop barisan bermotor berjalan kencang dengan lambaian kain sarung kucal kami. Berharap salah satu dari mereka melambat. Agar saya dan teman-teman bisa menghabiskan uang patungan seribuan untuk membeli jajanan pasar yang masih hangat. Menghangatkan isi perut yang dingin membeku oleh angin malam.

Namun saat sekarang aku masih terbawa perintah ibu untuk selalu sarapan pagi. Di Jakarta maupun Karawang tak ada lagi jajanan pasar seperti di Magetan. Jadi kuganti menu favorit dengan sebungkus nasi uduk. Tak perlu berat, tapi juga tak terlalu ringan untuk dimakan. Yang penting ikutin aja amanah si Ibu. "Pagi itu harus sarapan nasi yang banyak."

...............

Sepulang sekolah dulu, selalu berharap ada semangkuk balado terong pedas yang dicampur dengan irisan tahu panjang-panjang buatan ibu. Cukup untuk menghabiskan dua piring nasi. Niatnya sih biar badannya gede seperti Bapak. Tapi sayangnya sampai habis masa STM, hal itu tak pernah tercapai. Hahahaha. Padahal dulu anti banget sama yang namanya terong. Mulai dari sayurnya hingga turunannya yang lain. Namun saya patut berterima kasih pada Bapak yang selalu menyuruhku mencicipi sayur terong kesukaannya setiap makan. Ternyata hobi itu menular.

Namun saat sekarang agaknya susah menikmati olahan terong senikmat di rumah. Lihat saja potongan terong-terong di setiap tempat makan hingga meja makan di tempat kerja. Dua hingga tiga kali lipat ukurannya. Ada lagi yang menyajikan satu ukuran penuh tanpa potongan. Adduuhh. Miriss
Makanya, ketika di kampus aku lebih suka menikmati makan siang dengan sepiring mie kuah buatan Cak Ari di kantin kampus. Dengan bonus ngobrol sedikit-sedikit tentang anaknya yang baru lulus SMA dan bingung melanjutkan kuliah. Dan di tempat kerja tak ada pilihan menarik selain menghindari olahan ayam. Lebih suka dengan yang berbau ikan.

....................

Sore datang. Menu makan di rumahku yang sederhana sama dengan menu siangnya. Bedanya adalah sayur yang lebih hangat karena baru saja dipanaskan. Untuk lauk pun ibu sudah mensetnya cukup untuk makan berempat hingga sore. Jadi yang selalu kunanti adalah ketika sore itu Bapak sedang berbaik hati, menyisihkan sebagian rezeki dari jerih payahnya seharian untuk mentraktrir kami berempat dengan semangkuk bakso Pak Ngadi. Menyodorkan beberapa lembar dari sakunya padaku. Sembari berkata, "Le, 3000an aja empat bungkus. Nanti sambel dan saosnya jangan lupa dipisah". Ah, selalu aku yang disuruhnya mengayuh sepeda menjemput gerobak bakso yang baru mencapai setengah jalan desa itu, malam-malam. Dan kami pun menghangatkan malam yang sedikit rintik hujan itu dengan bersila melingkar. Sedikit-sedikit tertawa canda, sedikit-sedikit menghembus kuat kuat ke bibir yang kepedasan.

Sekarang pun agaknya aku masih rindu pada perbincangan akrab di waktu-waktu makan. Oleh karenanya aku senang membeli mie ayam Pak Trimo yang membuka lapaknya tepat di kosan ku. Setiap kali aku memesan makananya, pasti aku juga mamancingnya menceritakan tentang keluarganya yang jauh di Wonogiri sana. Tak jauh beda denganku. Kita sama-sama di perantauan.

"Dari pada sakit gigi". Begitu dia memulai pembicaraan padaku beberapa waktu yang lalu, "Lebih baik sakit hati, ya kan Mas?".
"Percaya deh, percaya."
"Kan kalu sakit hati, dibawa makan sate kan hilang sakitnya. Kalo sakit hati?"
"Hahahaha. Bilang saja makan mie ayamnya Pak Trimooo"
Kami berdua tertawa lepas melawan deru motor berderingan, menikmati sore yang sebentar lagi kembali hujan.

.......................

Sejujurnya siang ini aku agak pilu mendengar kabar kondisi badan mu yang sedikit menurun. Lekas sembuh.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top