dan nikmati setiap prosesnya.

Sunday, December 14, 2014

[ Jejak Kecil dan Mimpi yang Masih Kecil ]

Bertolak ke Jakarta lewat Jalan Kalimalang selalu menjadi perjalanan bergradasi. Dimulai dari sungai di Karawang yang berwarna biru gelap, kemudian berubah menjadi kuning pekat di sekitaran Bekasi. Hingga berakhir menjadi hitam legam di ujung Jakarta, ujung sana. Sungai itu bergandengan dekat dengan jalan yang kutempuh mengendarai motor tua kiriman bapakku.

Berbanding terbalik dengan tampilan tempat-tempat yang kulewati. Dimulai dari sawah-sawah yang membentang hijau berhektar-hektar di kotaku kini. Kemudian berkembang menjadi kawasan Industri yang dari luar nampak sepi, di samping kiri, dan petak-petak rumah berpola memanjang, di samping kanan. Berkembang lagi menjadi perumahan yang lebih modern dengan pagar-pagar dan kanopinya yang senyap. Diselingi banyak rumah pertokoan dan beberapa sekolah. Hingga berujung pada gedung-gedung tinggi di metropolitan, Jakarta. Bertingkat mencakar langit dengan gagahnya.

Ahaa.. lama Tak jumpa dikau. Pergi ke Jakarta selalu menjadi umpama pulang kampung bagiku. Setelah hampir 3 tahun tinggal dan menjejakkan kedua kaki di beberapa bagian wilayahnya. Hari ini, Sabtu pagi di pertengahan Desember 2014. Aku akan berkunjung ke salah satu ubin yang terserak di kampung halaman ketigaku itu. Kampung halaman setelah rumah di Magetan dan Harga Dumilah. Hari ini untuk satu tempat di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Satu tempat itu di Jalan Sriwjaya. Tak istimewa. Hanya sebuah masjid bertiang satu berlantai dua bernama At Taqwa. Beberapa tahun yang lalu aku dan rekan-rekan rohis kampus reuni di sana, ketika ada kunjungan Ust. Yusuf Mansur dan sorang Syaikh dari Arab. Itu saja. Tak jauh dari situ adalah Kantor Indonesia Mengajar yang berada di Jalan Galuh II. Hanya 400 meter ke arah barat. Tempat saat aku ikut mempersiapakan FGIM 2013, dulu.

Setelah mampir ke At Taqwa, aku berlanjut menuju Jalan Iskandarsyah I. Tempat yang baru kukenal seminggu belakangan ini dari sebuah akun twitter. Gegara tertarik untuk mengikuti sebuah gathering kepenulisan. Sebut saja #NBInspirationDays 2014 yang diadakan nulisbuku.com. Tepatnya diadakan di Mandiri Inkubator Bisnis. Tak ada misi khusus. Seperti yang diutarakan peserta yang lain yang ingin segera menerbitkan bukunya, baik secara Self-Published via nulisbuku.com atau mau mengirimkan naskah bukunya ke Major Publisher. Aku hanya penasaran saja. Selalu tak punya alasan spesifik untuk sesuatu hal. Yang kusadari tentang aku adalah bulan-bulan di akhir tahun, musim dimana aku lebih produktif menulis. Mungkin di sana akan ada beberapa hal yang bisa kutuliskan, nanti.

Ruangan ini sangat unik. Coretan-coretan dan gambar di dinding yang linier dan melengkung meliuk bergaris bebas membuatnya sangat keren. Kemudian ditambahi beberapa satu dua kata dan quotes inspiratif. Tak berbeda jauh dengan dua tiang di ruang utamanya. Di beberapa sudut dinding ada semacam nampan bulat yang juga dilukis abstrak indah, di tengah-tengahnya dituliskan nama area untuk dinding tersebut. Juga beberapa foto yang dipajang berjajar-jajar. Lampu di atasku melengkapi keunikan ruangan. Bergaris-garis bebas tak berpola. Berwarna putih terang. Seperti garis-garis pada permata yang berkilauan. Sedang di bawahnya, kursi-kursi berbentuk balok berarna-warni menghiasi rumput buatan yang menutupi lantai. It's all unique. Entah gaya apa yang dipakai pelukis dan perancang bangunannya. Aku tak faham sama sedikit pun.


Acara berlangsung seperti halnya rundown yang ditentukan. Aku hanya mengikut saja. Beberapa materi terkesan membosankan. Juga beberapa penyampaian bertentangan dengan prinsipku, 'Why I have to write'.  Ah, aku kok jadi idealis. Tapi sungguh, beberapa itu sedikit sekali. Tak mengurangi sedikitpun rasa hormat dan kagumku pada mereka yang sudah menerbitkan buku-bukunya. Sungguh.



-------oOo-------

Satu sesi yang paling berkesan menurutku adalah milik Mbak Helvy. Aku baru mengenalnya siang itu. Parah dan payah. Sepayah tulisanku ini mungkin. Mbak Helvy Tiana Rosa sudah menyelesaikan 50an bukunya di usianya yang 44. Sudah berkeliling ke 40an negara. Jauh kebih keren dari adiknya yang menjadi murid pertamanya soal menulis , Mbak Asma Nadia. Kalian tahu kan?

Deskripsikan satu tempat di luar negeri yang ingin kamu kunjungi,nanti, entah kapan, dalam satu paragraf. Lima kalimat saja. Begitu kalimat dari Mbak Helvy. Sekejap kulempar mimpi memutar globe bumi. Sejenak kukatupkan mata dan bermimpi...

''...Semburat mentari senja berlabuh tenang di Laut Marmara yang tak bergelombang. Menyapa dengan sangat berashabat, aku, yang kini duduk memagut secangkir teh hijau hangat di bibir pantainya. Langit senja pun akhirnya mengatup di balik bukit Galata yang melegenda. Berabad-abad waktu sebelumnya. Saat layar kapal dikembangkan di atas tanahnya. Ah...diri ini makin terdiam. Sediam tembok tebal raksasa yang mengelilingi kota, yang tinggal puing-puingnya saja..." (Konstantinopel, entah kapan)

Kubuka mata dan kulihat coret-coret tak jelas di kertas yang kini kugenggam.







Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

2 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Jeda . . .
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham | Distributed by Tech Leaps

Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top